Cianjur, 02 Mei 2025 – Ridha Nestu Adidarma
REFLEKSI HARI PENDIDIKAN NASIONAL
Kualitas Pendidikan di Indonesia berdasarkan hasil Programme for Internasional Student Assesment (PISA) tahun 2022 mengalami penurunan skor di berbagai bidang. Indonesia berada diperingkat 74 dari 79 negara dalam hal literasi, matematika, dan sains. Sebanyak 40% siswa SMP tidak mencapai tingkat literasi minimum, dan hanya 35% siswa SMA yang mampu memahami bacaan kompleks. Skor Indonesia di PISA mengalami penurunan yaitu skor membaca 359 (dari 371 pada 2018) dan skor matematika 366 (dari 379 pada 2018).
Padahal di setiap tahunnya APBN untuk pendidikan dialokasikan sebanyak 20%, bahkan pada tahun 2024 Dana Pendidikan dialokasikan dengan angka yang sangat Fantastis yaitu 660 Triliun. Hal ini menunjukan ketidaksiapan Pemerintah dalam menangani permasalahan Pendidikan di Indonesia.
Banyak sekali permasalahan Pendidikan yang harus diselesiakan, ketimpangan akses dan mutu pendidikan antara wilayah perkotaan dan pedesaan masih signifikan. Data menunjukkan bahwa hanya 6,82% penduduk Indonesia yang menyelesaikan pendidikan tinggi, sementara mayoritas hanya mencapai tingkat pendidikan dasar dan menengah. Selain itu, rata-rata lama sekolah nasional hanya mencapai 9,22 tahun, setara dengan tingkat SMP. Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa 5,11% penduduk usia 15 tahun ke atas di pedesaan tidak pernah mengenyam pendidikan formal, dibandingkan dengan 1,08% di perkotaan.
Selain itu, faktor kesejahteraan pendidik menjadi alasan utama yang menyebabkan generasi muda kurang berminat menjadi guru. Data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menunjukkan bahwa pada tahun 2024, Indonesia mengalami kekurangan sekitar 1.312.759 guru. Hal ini disebabkan oleh tingginya angka pensiun guru, yang mencapai rata-rata 70.000 orang per tahun, serta rendahnya minat generasi muda untuk memasuki profesi keguruan.